SIFAT
HYIPOALLERGENIK DAN TERAPEUTIK SUSU KAMBING
Oleh : Afduha Nurus Syamsi
(D1E010034)
Mahasiswa Magister Ilmu Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman
2014
Kasus alergi susu tidak
spesifik hanya ditemukan pada anak-anak, tetapi juga terjadi pada orang dewasa.
Artinya bahwa alergi susu bukan hanya merupakan efek dari usia, bahkan tidak
hanya melibatkan satu faktor saja. Kasus yang sering disebut sebagai lactose intolerance atau malabsorbsi
laktosa tersebut terjadi karena beberapa faktor seperti usia host, kualitas dan
kuantitas antigen host, keadaaan patofisiologis dan genetik host, serta jenis
susu yang dikonsumsi. Kasus alergi susu lebih banyak ditemukan pada susu sapi,
karena susu tersebut lebih umum dikonsumsi di berbagai belahan dunia (Deamer
et.al, 1997).
Bentuk alergi susu ada
yang bersifat reagen (IgE) dan non-reagen. Mekanisme terjadinya alergi susu
yang bersifat reagen disebut sebagai reaksi hypersensitif. Sistem imun mengidentifikasi
protein susu sebagai hal yang membahayakan sehingga memicu tubuh menghasilkan
antibody imunoglobulen E (IgE) untuk menetralisis protein (allergen). Suatu
saat bila terjadi kontak lagi dengan protein yang sama, antibodi IgE mengenali
allergen tersebut dan memberikan sinyal ke sistem imun untuk mengeluarkan
histamine, dan histamine inilah yang bertanggungjawab terbentuknya reaksi
alergi (Worthington et.al., 1974).
Sedangkan kejadian alergi susu yang bersifat non reagen adalah yang tidak
berkaitan dengan sistem imun tubuh seperti ukuran partikel nutrien juga
kemampuan enzim pencernaan dalam menghidrolisis nutrien susu (Podleski, 1992).
Kasus yang banyak ditemukan bahwa banyak manusia secara bertahap kehilangan
enzim laktase pertambahan umurnya (Park, 1994).
Penggunaan susu kambing
sebagai pencegah alergi susu atau juga sebagai pengganti susu sapi telah banyak
dilakukan. Van der Horst (1976) melaporkan bahwa 40% dari pasien alergi susu
mampu mentolerir protein susu kambing. Kasus alergi susu banyak ditemukan
sebagai ketidakmampuan dalam mencerna lactalbumin susu sapi. Protein lain pada
susu sapi yaitu β laktoglobulin juga menyebabkan adanya alergi susu. Protein
ini yang kemudian oleh IgE dianggap sebagai musuh tubuh dan menghasilkan efek
alergi. Berbagai hal yang menyebabkan efek alergi susu, perbedaan antara susu
kambing dan susu sapi, juga sekaligus efek terapeutik susu tersebut terhadap
tubuh lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut.
Lemak susu kambing
mempunyai sifat yang mudah dicerna dari pada susu sapi, karena diameter glubula
lemak susu kambing lebih banyak yang berdiameter kecil (Devendra, 1980). Susu
kambing memiliki asam lemak rantai menengah dan pendek (C4:0 – C12:0) jauh
lebih banyak dibandingkan susu sapi. Hal tersebut yang menyebabkan penyerapan
susu kambing jauh lebih mudah dibandingkan dengan susu sapi, karena kemampuan
lipase dalam menghidrolisis asam lemak rantai menegah dan pendek lebih mudah
dibandingkan dengan asam lemak rantai panjang. Kandungan rata-rata lemak susu
kambing berbeda dengan susu sapi (Jennes, 1980). Susu kambing memiliki kandungan
butirat, kaproat, kaprilat, karpat, laurat, palmiitat lebih tinggi dibandingkan
dengan susu sapi.
Peneliti
lain mengungkapkan hal yang tidak jauh berbeda, bahwa lemak susu kambing dapat
memiliki setidaknya tiga kontribusi yang signifikan untuk manusia yaitu:
1. Lemak
susu kambing mungkin lebih cepat dicerna daripada lemak susu sapi karena
kinerja ester lipase terhadap asam lemak rantai pendek, menengah
dan MCT lebih mudah dibandingkan dengan rantai panjang ( Jenness 1980).
dan MCT lebih mudah dibandingkan dengan rantai panjang ( Jenness 1980).
2. Ketiga
asam lemak tersebut memberikan energi pada anak-anak yang sedang tumbuh dengan
kemampuan unik metabolisme mereka dan juga menunjukkan efek keuntungan
finansial pada metabolisme kolesterol, seperti
hipokolesterolemik pada jaringan dan darah melalui penghambatan
pengendapan kolesterol dan pembongkaran kolesterol dalam batu empedu
(Greenberger dan Skillman 1969).
(Greenberger dan Skillman 1969).
3. Ketiga
asam lemak tersbut juga dapat digunakan
untuk pengobatan berbagai kasus pasien yang menderita malabsorpsi steatorrhea,
chyluria, hyperlipoproteinemia , reseksi usus , bypass koroner , epilepsi pada
anak , dini pemberian makan bayi, dan batu empedu (Greenberger dan Skillman,
1969).
Protein dari susu
kambing memiliki keistimewaan lebih mudah dicerna dan lebih efisien penyerapannya
terhadap asam-asamaminonya karena ukuran kasein pada susu kambing lebih kecil
dari pada susu sapi (Jenness, 1980). Telah ditemukan bahwa susu kambing memiliki
kapasitas dye-binding
protein yang lebih tinggi per unit (1% lebih dari
susu sapi) dan penyerapan infra-merah lebih
rendah (4% kurang dari susu sapi) (Grappin et.al.,1979).
Protein susu kambing
mirip dengan susu sapi terutama protein susu dalam klasifikasi umum seperti
α-casein, β-casein, k-casein, β-lactoglobulin dan α- lactalbumin, tetapi protein-protein
tersebut memiliki perbedaan dalam polimorfisme genetik dan frekuensi pada susu kambing
(Martin , 1993). Dalam sebuah studi kecernaan k-Kasein, ditemukan 27 perbedaan dalam
urutan asam amino antara kasein susu sapi dan susu kambing (Mercier et.al., 1976). Peptides yang terbentuk
dari hidrolisisi kasein susu kambing oleh protease terasa jauh lebih pahit dibandingkan
dari kasein susu sapi. Misel kasein, yang merupakan bentuk molekul kasein
tersuspensi dalam susu kambing, juga sangat berbeda dengan susu sapi yang mengalami sedimentasi kurang lengkap, memiliki
solubilisasi β – kasein yang lebih besar, memiliki ukuran misel lebih kecil,
lebih banyak kalsium dan fosfor, kurang solvasi, dan stabilitas panas yang
lebih rendah (Jenness , 1980).
Komposisi
asam amino rata-rata susu kambing dan susu sapi, menunjukkan
bahwa susu kambing memiliki tingkat yang lebih tinggi dari 6 dari 10 asam amino esensial seperti: treonin, isoleusin, lisin, sistin, tirosin, valin ( Posati dan Orr , 1976). Efek komparatif secara metabolik belum diteliti banyak dalam susu kambing, tetapi hal tersebut dapat membuktikan beberapa efek menguntungkan empiris dari susu kambing bagi manusia.
bahwa susu kambing memiliki tingkat yang lebih tinggi dari 6 dari 10 asam amino esensial seperti: treonin, isoleusin, lisin, sistin, tirosin, valin ( Posati dan Orr , 1976). Efek komparatif secara metabolik belum diteliti banyak dalam susu kambing, tetapi hal tersebut dapat membuktikan beberapa efek menguntungkan empiris dari susu kambing bagi manusia.
Susu kambing memiliki kandungan
fluorin 100 kali lebih besar dibandingkan dengan susu sapi. Fluorin berfungsi
sebagai antiseptik yang menekan perkembang biakan bakteri di dalam tubuh.
Fluorin juga memberikan efek kekebalan tubuh karena kemampuanya dalam
memblokade bakteri untuk aktif menyebar ke dalam tubuh. Susu kambing juga
memiliki beberapa kandungan mineral yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu
sapi seperti Ca, P, Mg, K, Cl, S, Fe dan Cu. Kalsium penting digunakan dalam
pertumbuhan, metabolisme, kesehatan tulang, kanker usus besar, meningkatkan kemampuan
pembekuan darah, membantu mempertahankan tekanan darah yang sehat
dan
membantu mencegah kram
otot. Kalsium dalam kapasitas yang tinggi juga mampu mecegah terjadinya
hipertensi, karena kekurangan kalsium akan menyebabkan tekanan darah berkurang
(Park, 2009). Begitu juga mineral-mineral lainya yang memiliki efek baik bagi
metabolisme di dalam tubuh, sehingga tubuh menjadi lebih sehat dan memiliki
imunitas yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Alonso, L., Fontecha, J., Lozada, L.,
Fraga, M.J., Juarez, M., 1999. “Fatty acid composition of caprine milk: major,
branched-chain, and trans fatty acids”. J.
Dairy Sci. 82, 878–884.
Deamer, W.C., Gerrard, J.W. and Speer,
F., 1979. “Cow's milk allergy: A critical review”. J. Fam. Pract., 9: 223-232.
Greenberger , N.J. , and Skillman , T.G.
1969 . “Medium chain triglycerides. Physiologic considerations and clinical
implications” . New England J Med 280
: 1045 – 1058 .
Ha, J.K., Lindsay, R.C., 1993. “Release
of volatile branched-chain and other fatty acids from ruminant milk fats by
various lipases”. J. Dairy Sci. 76,
677–690.
Jenness , R. 1980 . “Composition and
characteristics of goat milk: Review 1968 – 1979” . J Dairy Sci 63 :1605 – 1630
Martin, P., 1993. Polymorphisme genetique des lactoproteines caprines. Lait 73,
511–532.
Mercier, J.-C., Addeo, F., Pelissier, J.-P.,
1976. Structure primaire du
caseinomacropeptide de la caseine caprine. Biochimie
58, 1303.
Park, Y.W. 1994. “Hypo-allergenic and
therapeutic significance of goat milk”. Elsevier
Science. Small Ruminant Research 14 (1994) 151-159
Park, Y.W. 2009. Bioactive Components in Milk and Dairy
Products. Wiley-Blackwell.
Podleski, W.K., 1992. “Milk protein
sensitivity and lactose intolerance with special reference to goat milk”. Proc. V Intl. Conf. Goats. New Delhi, India.
Vol. lI, Part I. pp. 610-613.
Posati, L.P., Orr, M.L., 1976. Composition of Foods, Dairy and Egg
Products, Agriculture Handbook No. 8-1. USDA-ARS, Consumer and Food
Economics Institute Publishers, Washington, DC, pp. 77–109.
Schwabe, A.D., Bennett, L.R., Bowman,
L.P., 1964. “Octanoic acid absorption and oxidation in humans”. J. Appl. Physiol. 19, 335–337.
Van der Horst , R.L. 1976 . “Foods of
infants allergic to cow ’ s milk” . S Afr
Med J 5 : 927 – 928 .
Worthington, B.S., Boatman, E.S. and
Kenny, G.E., 1974. “Intestinal absorption of intact proteins in normal and
protein-deficient rats”.Am. J. Clin.
Nutr., 27: 276-286.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar