Sabtu, 03 Mei 2014

PROBIOTIK



PROBIOTIK
Oleh : Afduha Nurus Syamsi (D1E010034)
Mahasiswa Magister Ilmu Peternakan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
2014

            Probiotik dapat definisikan sebagai bakteri non patogen yang secara normal terdapat dalam saluran cerna manusia dan merupakan bakteri yang memberikan proteksi usus terhadap bakteri patogen. Menurut Meurman (2007), berdasarkan keputusan FAO/WHO Expert Consultation tahun 2001, probiotik didefinisikan sebagai mikroorganisme hidup, yang memberikan manfaat kesehatan pada host ketika diberikan dalam jumlah yang memadai. Umumnya jenis mikroba yang digunakan sebagai probiotik adalah pada golongan Lactobacillus dan Bifidobacterium. Widyastuti (2011) menambahkan bahwa probiotik dikonsumsi sebagai pangan fermentasi dengan menambahkanya pada prosuk pangan tertentu (pangan probiotik). Pangan Probiotik adalah makanan atau minuman yang mengandung mikroorganisme-mikroorganisme yang diharapkan masuk ke dalam tubuh dan dapat berguna untuk meningkatkan kesehatan  tubuh. Makanan probiotik dapat berbentuk yogurt, keju, mentega, susu formula yang difortifikasi dengan bakteri asam laktat atau bentuk pangan lainya.
            Sesuai dengan definisinya, probiotik merupakan suplemen yang berisi mikroba hidup (Salminen, et.al., 1998). Probiotik dapat berupa bakteri, jamur, dan atau ragi, tetapi kebanyakan  probiotik adalah bakteri dan bakteri asam laktat adalah yang paling populer dalam daftar spesies organisme yang digunakan dalam preparasi probiotik. Bakteri asam laktat tersebut meliputi Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus plantarum, Streptococcus thermophillus, Enterococcus faecium, Enterococcus faecalis, spesies Bifidobacterium dan Escherichia coli. Mulder et.al. (1997) dalam kesempatan lain menyatakan bahwa mikroba yang telah direkomendasikan oleh beberapa peneliti sebagai sumber probiotik diantaranya adalah Bacillus subtilis, Bacillus lecheniformis, Bacillus toyoi, Saccharomyces cerevisiae, Lactobacillus, Streptococcus dan Yeast. Menurut Singh et.al. (2011), spesies bakteri tersebut mampu menahan kondisi asam dan garam empedu pada saluran gastro-intestinal manusia. Bakteri probiotik juga menghasilkan unsur bacteriosin yaitu zat yang mampu membunuh mikroorganisme berbahaya. Tamime (2002) mengungkapkan bahwa para peneliti di berbagai negara telah mengidentifikasi banyak mikroorganisme probiotik dan beberapa contoh jenis bakteri probiotik dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Jenis Bakteri Probiotik



                                      
Cara kerja probiotik adalah dengan membantu menurunkan derajat keasaman dan menghambat pertumbuhan organisme penganggu dalam sistem pencernaan. Klaim (2006) mengungkapkan bahwa probiotik juga ikut berperan dalam meningkatkan kekebalan tubuh melalui stimulasi sel-sel tertentu di usus. Fuller (2002) juga menyatakan bahwa keseimbangan mikroba usus tercapai apabila mikroorganisme yang menguntungkan dapat menekan mikroorganisme yang merugikan. Prinsip kerja probiotik meliputi kompetisi untuk mendapatkan zat makanan, kompetisi mendapatkan tempat adhesi pada dinding usus, dan penghambatan secara langsung terhadap kehidupan mikroba yang dikalahkan. Probiotik harus mampu mengerahkan efek yang menguntungkan pada hewan inang, misalnya meningkat pertumbuhan atau ketahanan terhadap penyakit. Probiotik harus bersifat non pathogenik, tidak beracun, stabil di bawah kondisi penyimpanan, mampu bertahan dan melakukan metabolisme dalam lingkungan usus misalnya ketahanan terhadap pH rendah, asam organik dan asam empedu. Prinsip dari penggunaan probiotik yaitu harus mampu bertahan dalam saluran cerna manusia, secara ilmiah menunjukkan efek fisiologis yang menguntungkan serta membuktikan sifat yang efektif dan aman untuk digunakan oleh manusia.
Menurut Oelschlaeger (2010), efek probiotik dapat diklasifikasikan menjadi tiga model aksi kerja. Pertama, probiotik mungkin mampu memodulasi pertahanan tubuh host atau sistem imun. Aksi tersebut merupakan hal yang penting dalam pencegahan dan terapi penyakit infeksi, selain itu juga untuk pemeliharaan saluran pencernaan. Model kedua, probiotik juga dapat berefek langsung bagi mikroorganisme lain, baik sesamanya ataupun yang bersifat pathogenik. Prinsip ini pada banyak kasus menjadi sangat penting untuk pencegahan dan pemeliharaan usus dari infeksi dan pemulihan keseimbangan mikroba dalam usus. Model terakhir adalah probiotik mungkin dapat mengamankan produk mikroba seperti racun dan aksi lainya adalah dengan menginaktivkan racun serta melakukan detoksifikasi dari usus.
            Probiotik memiliki kemampuan berkombinasi dengan enzim untuk mendegradasi substansi makanan ke dalam bentuk yang lebih sederhana dan meningkatkan kecernaan. Bakteri probiotik seperti kelompok bakteri asam laktat (BAL) menekan pertumbuhan bakteri patogen dalam saluran pencernaan dengan memproduksi senyawa anti mikroba bagi bakteri patogen (Singh et.al., 2011). Senyawa tersebut merupakan hasil metabolisme dari bakteri probiotik tersebut misalnya; asam laktat, asam asetat, hidrogen peroksida (H2O2), bakteriosin, reuterin, dan senyawa penghambat pertumbuhan bakteri patogen lainnya (Widyastuti, 2011). Asam lemak rantai pendek seperti asam laktat, asam propionat dan asam butirat yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat dapat membantu mempertahankan pH dan memproteksi perubahan patologis yang terjadi pada mukosa usus (Singh et.al., 2011). Probiotik memiliki substansi antimikrobial berupa bakteriosin yang mampu menjadi inhibitor bagi replikasi pathogen melalui low molekuler weight dan yang kedua adalah asam empedu terkonjugasi yang memiliki aktivitas antimikrobial yang tinggi sehingga mikroba patogenik dapat terseleksi (Oeschlaeger, 2010). Selain itu, bakteri Probiotik juga dapat menekan pertumbuhan mikroba patogen melalui kompetisi dengan bakteri patogen dalam penyerapan nutrisi dan penempelan pada sel epitel usus sehingga mencegah kolonisasi bakteri patogen penyebab diare akut dan penyakit lain karena mukosa usus telah dipenuhi bakteri probiotik sehingga tidak ada tempat atau reseptor yang dapat digunakan oleh mikroba patogen (Widyastuti, 2011).
             Probiotik mampu mempengaruhi sistem imun melalui produk metabolit, komponen dinding sel dan DNA (Oeschlaeger, 2010). Bakteri probiotik memicu respon imun mukosa yang akan memproduksi sIgA yang sangat berperan dalam imunitas humoral lokal mukosa usus (Local humoral mucosal immunity) dan imunitas yang dimediasi mukosa sel (Mucosal cell mediated immunity). Fenomena ini  memiliki efek menguntungkan untuk menjaga agar sistem imun lokal dalam saluran cerna tetap bereaksi, sehingga dapat mencegah penyakit pada saluran cerna (Widyastuti, 2011). Probiotik mampu meningkatkan respon imun spesifik dan non spesifik melalui aktivasi macrophage yang kemudian akan meningkatkan cytokines, meningkatkan aktivitas sel-sel mati dan meningkatkan level imunoglobulin (Sunders, 1999).    
Probiotik memiliki banyak efek baik bagi kesehatan orang yang mengkonsumsinya. Beberapa strain Lactobacillus bulgaricus menunjukkan efek anti mutagenik karena berikatan dengan senyawa amina heterosiklik. Senyawa tersebut merupakan zat karsinogenik sehingga dapat mencegah terjadinya kanker. Probiotik juga memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar kolesterol karena bakteri asam laktat dapat memproduksi enzim bile salt hydrolase yang mampu melakukan metabolisme kolesterol substrat makanan di usus halus. Dekonjugasi garam empedu akan meningkatkan asam empedu terkonjugasi yang tidak mudah diserap dari usus halus. Asam empedu dekonjugasi akan terbuang lewat tinja, sehingga jumlah asam empedu yang kembali kehati berkurang. Penyeimbangkan jumlah asam empedu, tubuh akan mengambil kolesterol di dalam tubuh sebagai prekursor pembentukanya, sehingga jumlah kolesterol dapat berkurang (Widyastuti, 2011). Singh et.al. (2011) menambahkan bahwa probiotik memiliki aktivitas anti kanker, anti hypertensi, mengatasi lactose intolerance dan peningkatan abrsorbsi kalsium di usus. Aktivitas anti hypertensi ditunjukkan oleh dua kativitas tripeptida yaitu valin-prolin-prolin dan isoleucin-prolin-prolin. Tripeptida tersebut berfungsi sebagai inhibitor enzim angiotensin-I-coverting dan menurunkan tekanan darah. Fungsi probiotik bagi penanganan lactose intolerance ditunjukkan dengan menyediakan bakteri laktase yang mampu menghasilkan enzim laktase dan kemudian mampu menghidrolisis laktosa. Selain itu (Widyastuti, 2011), enzim beta-galaktosidase dihasilkan oleh bakteri probiotik yang fungsinya untuk memecah laktosa dalam susu. Proses fermentasi oleh bakteri penghasil asam laktat (BAL) juga akan mengurai laktosa 30% – 40% menjadi glukosa dan galaktosa. Patil dan Reddy (2006) menambahkan bahwa peningkatan kalsium di dalam usus terjadi karena aktivitas bakteri probiotik menyebabkan kondisi yang asam pada usus, sedangkan kalsium terserap baik dalam kondisi asam.

 
 DAFTAR PUSTAKA

Meurman J.H. dan Stamatova .I. 2007. “Probiotics-contributions to oral health”. Oral Dis. 13: 443-451.
Oeschlaeger, T.A. 2010. “Mechanism of Probiotic Action-A Review”. International Jurnal Of Medhical Microbiologi. 300: 57-62. 
Patil MB, Reddy N.2006. “Bacteriotherapy and probiotics in dentistry”. KSDJ . 2: 98-102.
Salminen S & von Wright A. 1998. Lactic Acid Bacteria, 2nd edn. Marcel Dekker.New York.
Singh, K, B. Kalalli, A. Kumar, dan V. Thaker. 2011.Probiotics: A review”. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine. S287-S290
Sanders, M.E. 1999. “Probiotics”. Food Technol.53(11): 67-77.
Tamime, A.Y. 2002. “Fermented milks: a historical food with modern applications—a review”. European Journal of Clinical Nutrition. 56, Suppl 4, S2–S15.
Widyaastuti, E. 2011. Teknologi Pengolahan Hewani Probiotik & Prebiotik. Ilmu dan Teknologi pangan. Univesritas Brawijaya.





                                          




                                





                                                                                                                                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Karya Mahasiswa dalam Tugas Terstruktur Mata Kuliah Manajemen Ternak Perah 2017